Merauke, Suryapapua.com-Suatu tindakan tidak terpuji dilakukan sekelompok orang dengan mendatangi Sekolah Menengah Pertama SATAP Wasur, Kabupaten Merauke-melakukan pengrusakan fasilitas di sekolah serta asrama.
Tidak sampai disitu, ijazah para siswa-siswi ikut disobek, hingga membuat para guru-pun menjadi sangat trauma-ketakutan akibat peristiwa dimaksud.
Akibat persoalan dimaksud, belasan guru dari SMP SATAP Wasur langsung mengadu dan meminta perlindungan secara langsung kepada Wakil Gubernur Papua Selatan, Paskalis Imadawa.
Dari rilis yang diterima suryapapua.com, kemarin, Wagub Imadawa mengungkapkan, kedatangan para guru menyampaikan penyerangan terhadap sekolah tanggal 15 Mei 2025 lalu.
Kronologis kasusnya, demikian Wagup Imadawa mengutip penuturan para guru, awalnya salah seorang siswa datang dalam keadaan mabuk ke sekolah dan memecahkan kaca.
Melihat itu, sejumlah anak di asrama tidak menerima sehingga memukulnya. Lalu bersangkutan lari pulang ke rumah sekaligus membawa keluarganya datang ke sekolah menumpang empat mobil melakukan penyerangan sekolah serta asrama.

“Memang saat penyerangan, bapak asramanya sedang berada di kota, sehingga langsung menelpon ke Polres Merauke. Setelah itu bergerak pulang ke SMP SATAP Wasur,” ujarnya.
Saat tiba disana, massa mengejarnya , lantaran mengamankan dua anam perempuan di asrama.
Lebih lanjut Wagub Imadawa mengaku, dari pengakuan guru, aparat kepolisian tak kunjung tiba di tempat kejadian perkara (TKP), padahal bapak asrama telah melaporkan.
“Malam harinya baru polisi datang dan menjemput sebagian anak-anak asrama untuk dibawa ke Biras,” katanya.
Polisi juga, kritik Wagub Imadawa, tak melakukan identifikasi atau penanganan lebih lanjut, padahal telah dilaporkan. Anehnya, polisi meminta persoalan dimaksud diselesaikan secara kekeluargaan.
“Harusnya polisi lakukan olah TKP, ini tidak sama sekali. Para guru diminta kembali mengajar sebagaimana biasa, namun mereka menolak- lantaran takut adanya penyerangan lagi,” katanya.
“Bagi saya ada kesan pembiaraan dan kurang professional-prefentif dilakukan kepolisian. Sementara Kapolri dan Presiden Prabowo menegaskan dilakukan pemberantasan preman-preman,” ujarnya
Wagub Imadawa juga mengaku, pasca penyerangan, kondisi bangunan sekolah sangat memrihatinkan. Bahkan makanan di asrama diambil massa dan dibawa pulang.
“Ya, begitu terima laporan, saya langsung menuju ke TKP meninjau kondisi bangunan sekolah dan faktanya benar rusak parah,” tegasnya.
Jika dihitung-hitung, biaya melakukan rehab kembali bangunan rusak akibat pengrusakan sekelompok massa tak bertanggungjawab itu menghabiskan anggaran senilai Rp500 juta.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun