Ratusan Umat Katolik di Paroki Santa Theresia Buti Terima Abu, Ini Pesan Pastor Simon Petrus Matruti

Laporan Utama445 views

Merauke, Suryapapua.com-Ratusan umat Katolik di Paroki Santa Theresia Buti-Merauke menerima abu di dahi berupa Tanda Salib dari pastor, suster maupun bruder pada Rabu Abu, sebagai tanda dimulainya masa Prapaskah.

Abu yang dioleskan di dahi melambangkan pertobatan serta kerendahan hati.

Lalu makna sesungguhnya penerimaan abu itu tidak lain mengingatkan umat manusia bahwa mereka berasal dari debu serta tanah.

Sementara dari pantauan suryapapua.com Rabu (05/03/2025), perayaan misa dipimpin langsung Pastor Paroki Santa Theresia Buti, RD Simon Petrus Matruti.

Moment utama dan penting dalam perayaan dimaksud adalah penerimaan abu di dahi berupa Tanda Salib. Sebelum umat menerima abu, terlebih dahulu diterima biarawan-biarawati (suster, bruder).

Tampak umat  yang berada di dalam maupun di luar gereja, berbaris atau antri sekaligus menerima abu baik dari pastor, para suster maupun bruder.

Dalam khotbahnya, Pastor Sipe, panggilan akrabnya mengatakan,”Yesus menderita dan mengorbankan hidupnya untuk kita. Olehnya kita juga ingin mengalami sedikit penderitaaanya. Kita ingin ambil bagian dalam pertobatan sejati.”

Dikatakan, umat Katolik yang militansi iman-nya, tentu akan berpuasa serta pantang selama 40 hari. “Semua itu bisa, karena  tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah,” ungkapnya.

Berapapun jumlah tindakan puasa dan pantang, demikian Pastor Sipe, tetapi sesungguhnya ada tiga hal yang perlu direfleksikan umat selama masa prapaskah.

Ketiga hal  dimaksud yakni pertama, berpuasa-tobat dan berkurban serta berubah. Kedua, tingkatkan puasa dan pantang dan terakhir adalah banyak berbuat-beramal kasih.

Arti doa, lanjutnya, merupakan litani permohonan kepada Tuhan. Doa dalam masa prapaskah untuk mencari kekuatan terutama relasi pribadi bersama Tuhan.

“Yesus mengajak kita mengikat sarana paling bagus yakni  berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa. Kita memanggil  Allah sebagai Bapa karena sangat dekat dengan umatnya,” ujarnya.

Sebagai umat, tentu  akan meminta serta memohon ampun kepada Tuhan, lantaran memiliki kekurangan maupun keterbatasan sekaligus diberikan berkat.

Sesungguhnya, jelas Pastor Sipe, doa adalah relasi umat dengan Tuhan. Tanpa meminta sekalipun, Tuhan sudah memberikan, karena DIA Allah yang Maha Tahu dan Benar.

Lebih lanjut Pastor Sipe mengatakan, selama masa prapaskah, umat diminta meningkatkan puasa serta pantang.

Puasa merupakan bentuk pengorbanan. Lalu dengan berpuasa, umat agar mengendalikan keinginan dan nafsu yang tidak teratur.

Puasa  juga membantu umat merasakan sakit seperti penderitaan Yesus. “Ya saya contohkan, menderita hari ini tidak makan sirih, isap rokok serta makan,” jelasnya.

Pantang dan puasa harus mengarah kepada pertibatan atau pengendalian bathin, hawa nafsu. Jika itu dilakukan, umat akan sukses dengan baik.

Dalam kesempatan itu, Pastor Sipe meminta umat banyak berbuat serta beramal kasih. Karena mengambil bagian dalam hidup Kristus yang memberikan hidupnya secara total kepada manusia.

Meskipun DIA tak  berdosa, tetapi mengambil penderitaan sebagai hidup dari para pendosa.

“Dengan beramal kasih, kita mengambil bagian dalam hidup Allah. Ketika berbuat kasih serta memberi, disana kita hadirkan Tuhan,” ungkapnya.

Diakhir khotbahnya, Pastor Sipe meminta umat di Patroki Santa Theresia Buti agar selama masa prapaskah, berhenti sejenak dari segala macam kecemasan, kesibukan dan kekhawatiran dunia. Mari untuk dekatkan diri selalu bersama Tuhan.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *