Merauke, Suryapapua.com– Pra kongres I Asosiasi Perempuan Asli Papua Selatan dilaksanakan dan atau dilangsungkan di Kanol Sai RRI Merauke Rabu (22/10/2025), dihadiri kurang lebih 300 orang yang merupakan perwakilan perempuan Malind, Boven Digoel, Mappi serta Asmat.
Kegiatan pra ini merupakan rangkaian menuju Kongres I Perempuan Asli Papua Selatan yang sedianya dilaksanakan 10-12 November 2025.
Dalam laporannya, Ketua Formatur Kongres, Natalia Teraka mengungkapkan, pra kongres tersebut dalam rangkaian menuju Kongres I Asosiasi Perempuan Asli Papua Selatan.
Tujuannya, demikian Teraka, tidak lain memperkuat kapasitas perempuan Papua memperjuangkan hak-haknya serta berkontribusi dalam pembangunan daerah secara bermartabat–berkelanjutan.
Selain itu, untuk menjaring dan memberdayakan suara perempuan dari berbagai wilayah adat Ha Anim Provinsi Papua Selatan.
Juga mempersiapkan bahan- bahan strategis untuk dibawa dalam kongres I nanti.

Lalu memperkuat jaringan solidaritas antar organisasi dan komunitas basis perempuan adat di wilayah Papua Selatan.
Perempuan Papua Hebat
Sementara itu, Wakil Ketua I Majelis Rakyat Papua Selatan (MRPS) Antoneta Moko Metemko mengatakan, perempuan kultur dibawah naungan lembaga MRPS.
“Mengapa? Karena kami bicara tentang representasi tentang kultur orang asli Papua,” ungkapnya.
Bagi Matemko, perempuan Papua Selatan hebat dan telah memiliki kesadaran.
“Kami juga paham dengan adanya era globalisasi, sehingga harus maju seperti perempuan hebat lain,” tegasnya.
Dia berharap dengan dibentuk wadah organisasi dimaksud, maka harus bermitra bersama pemerintah. Karrena pemerintah mempunyai kewenangan penuh.
“Dana otsus itu milik orang asli Papua. Hari ini orang Papua teriak kami tidak nikmati dana otsus,” tandasnya.
Tetapi, jelasnya, dengan kelompok dan atau wadah organisasi begini, pemerintah akan melihat sekaligus memberikan bantuan.
Diharapkan wadah organisasi perempuan kultur yang akan dibentuk, perlu bangun kerjasama baik dan tak boleh menjatuhkan satu sama lain.
“Perempuan kultur yang sudah dibentuk dari 8 sub suku besar, harus benar benar di suport. Jangan diragukan kualitasnya, mereka siap dan sangat luar biasa,” katanya.

Penjaga Budaya
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Provinsi Papua Selatan, Samuel Kamarka menjelaskan, dengan thema yang diusung yakni merawat identitas, bersatu untuk perubahan dan berani demi masa depan merupakan gambaran nyata serta perjalanan panjang perempuan adat di tanah ini.
Lebih lanjut Kamarka mengatakan, perempuan Papua lahir dan besar dalam adat yang menjaga hutan–sungai sebagai sumber kehidupan serta menggendong anak-anak.
Perempuan, katanya, adalah penjaga budaya dan identitas. Mereka menjaga tradisi dengan mengola sagu, berceritera tentang leluhur, menjaga nilai malu serta hormat dalam rumah adat.
“Bahkan mengingatkan untuk menjaga bahasa daerah kita dari waktu ke waktu,” ujarnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun