Pecahkan Rekor! Misa Inkulturasi Etnis Batak Katolik-Merauke Di Gereja Santa Theresia Buti Dipimpin Enam Pastor

Merauke, Suryapapua.com-Luar biasa dan mendapat aplaus dari ratusan umat yang memadati Gereja Santa Theresia Buti pada perayaan misa inkulturasi Minggu (19/10/2025).

Perayaan misa inkulturasi  hari ini, diberikan kepercayaan kepada etnis Batak Katolik-Merauke.

Satu hal yang menjadi perhatian dan boleh dibilang memecahkan rekor dalam perayaan misa inkulturasi etnis yang berlangsung selama beberapa pekan pada setiap hari Minggu.

Dimana dalam misa inkulturasi Etnis Batak ini, enam pastor memimpin perayaan dan bai koselelebran utama-nya adalah Pastor Eko Nuryanto.

Seperti biasanya, prosesi perarakan enam pastor bersama petugas dan misdinar, dilakukan mulai dari samping sakristi diiringi tarian khas Batak oleh sejumlah anak muda.

Lalu keluar ke jalan utama dan kembali masuk ke dalam gereja sekaligus dilangsungkan perayaan misa inkulturasi.

Suasana perayaan sangat hidup dan memberikan ‘warna’ tersendiri khas Batak.

Mengapa? Karena semua asesoris di depan altar hingga di luar gereja (pintu masuk), beruansa asli Batak.

Enam pastor yang memimpin perayaan misa inkulturasi Etnis Batak di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun
Enam pastor yang memimpin perayaan misa inkulturasi Etnis Batak di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun

Bahkan semakin menggetarkan dan menyedot perhatian adalah lagu-lagu yang dibawakan mulai dari pembukaan hingga penutup, semuanya adalah asli Batak.

Pastor Eko Nuryanto dalam kesempatan itu atas nama Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty menyampaikan banyak terimakasih kepada Etnis Batak Katolik di Merauke yang tampil luar biasa dalam perayaan misa inkulturasi.

Suasana perayaan misa inkulturasi, demikian Pastor Eko sangat hidup. Selain aksesoris yang menghiasi gereja, juga lagu-lagu bernuasa Batak menyemaraki misa.

“Saya juga mengajak kepada semua umat untuk jujur kepada Allah, ikhlas terhadap nurani serta setia kepada iman,” ungkapnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *