Pastor Lukas Leo Sando dan John Ohiwirin Diserang Warga, Uskup Agats Hentikan Festival Asmat Pokman 2025

Laporan Utama245 views

Agats, Suryapapua.com– Pastor Lukas Lega Sando, Pr dan John Ohoiwirin diserang sejumlah warga setelah tidak menerima aturan seleksi pelaksanaan Festival Asmat Pokman (FAP) 2025 yang sedianya dilaksanakan Bulan Oktober.

Akibat penyerangan tersebut, Pastor Lukas menderita  retak di tulang hidung. Sedangkan John Ohiwirin luka dibagian kepala.

Terhadap insiden tersebut, Uskup Agats, Aloysius Murwito, OFM menghentikan pelaksanaan Festival Asmat Pokman (FAP) 2025.

Dari rilis yang diterima suryapapua.com Selasa (09/09/2025), Uskup Murwito  mengungkapkan, Insiden penganiayaan-penyerangan itu saat Pastor Lukas dan John sedang melakukan seleksi ukiran di Distrik Youw 16 Agustus 2025.

“Sekarang keduanya sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Perpetua Safanpo Agats, sebelum akan dirujuk ke RSUD Timika,” ujar Uskup Murwito.

Dikatakan, insiden  itu dipicu  kesalahpahaman terkait aturan seleksi.

Sejak masa almarhum Yuvensius Biakai, ukiran Asmat yang sudah dipestakan dalam ritual adat tidak boleh dilombakan.

Aturan ini, demikian Uskup Murwito, bertujuan melindungi benda-benda sakral yang dipercaya memiliki roh.

Hanya saja, sebagian pengukir menolak aturan dimaksud dan memaksa agar ukiran sakral tetap diterima dalam seleksi, hingga akhirnya terjadi keributan.

Sementara itu, dalam surat resmi dengan nomor 89.020.00.05, Uskup Agats menyampaikan empat keputusan penting:

Pertama, Festival Asmat Pokman 2025 dihentikan sampai waktu yang tidak ditentukan.

Kedua, pelaku kekerasan harus diproses sesuai hukum yang berlaku.

Ketiga, rekonsiliasi adat dan iman Kristiani perlu dilakukan agar luka akibat peristiwa ini bisa dipulihkan.

Keempat, festival dapat dipertimbangkan kembali bila rekonsiliasi berjalan baik dan menghasilkan solusi positif.

“Saya amat sedih dan sesal serta duka yang mendalam atas kejadian tersebut,” tulis Uskup Murwito dalam suratnya.

Uskup juga meminta para tokoh adat dan tokoh umat duduk bersama mencari jalan damai.

Bagi Uskup Murwito, rekonsiliasi adalah kunci agar seni ukir Asmat tetap menjadi perekat, bukan sumber perpecahan.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *