Merauke, Suryapapua.com– Meledak dan tumpah ruah. Mungkin kalimat ini pantas untuk menggambarkan situasi dalam perayaan misa Inkulturasi Etnis Tanimbar yang berlangsung di Gereja Katolik Santa Theresia Buti-Merauke Minggu (14/09/2025).
Sebagaimana disaksikan suryapapua.com, Gereja Santa Theresia Buti menjadi saksi sejarah. Dimana warga Tanimbar berbondong-bondong datang mengikuti perayaan misa inkulturasi.
Selain dihadiri Ketua Himpunan Keluarga Tanimbar (HKT) Kabupaten Merauke, Theo Fatruan, juga para sesepuh hingga Ketua Majelis Rakyat Papua Selatan (MRPS), Damianus Katayu yang berstatus ipar.
Oleh karena perayaan misa inkulturasi dimandatkan kepada Etnis Tanimbar, maka mulai dari depan, halaman gereja hingga bagian dalam dihiasi dengan ornamen atau cirikhas Tanimbar.
Janur, pisang, umbi-umbian hingga sarung maupun selendang, bernuansa etnis Tanimbar menghiasi gereja.
Seperti biasa, tarian dan lagu-lagu sekaligus mengarak tiga pastor asal Tanimbar yakni Aloysius Batmyanik, Simon Petrus Matruty dan Yakobus Balia yang memimpin perayaan misa inkulturasi.

Dari depan sakristi, perarakan dilakukan menuju ke jalan dan masuk kembali ke dalam gereja.
Lagu-lagu etnis Tanimbar disertai tarian dari pembukaan sampai akhir, menyemaraki situasi-suasana selama perayaanmisa inkulturasi berlangsung.
Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty dalam kesempatan tersebut mengungkapkan pantas menyampaikan terimakasih kepada panitia yang telah mengonsepkan acara misa ikulturasi yang luar biasa hari ini.
“Sangat meriah Misa Inkulturasi Etnis Tanimbar dengan lagu-lagu, pujian dan tarian luar biasa. Sekali lagi terimakasih untuk semuanya,” ungkap Pastor Sipe, panggilan akrabnya.
“Apa yang dilakukan orang Tanimbar, merupakan buah dari iman yang telah tertanam 100 tahun lebih dan itu dikenang dalam perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti,” ujarnya.
Orang Tanimbar, lanjut Pastor Sipe, terus dan tetap mencintai budaya dimanapun berada termasuk di Kabupaten Merauke.

“Saya berterimakasih kepada Ketua HKT Merauke, Theo Fatruan bersama tokoh lainnya, termasuk Bapak Ketua MRPS, Damianus Katayu yang juga hadir dalam perayaan misa inkulturasi,” katanya.
“Ya, ini bukan pertama dan terakhir. Buti akan menjadi gereja peradaban sepanjang masa. Kita terus merajut persaudaraan sejati. Karena disinilah misionaris hadir dan dikuburkan,” tandasnya.
Buti, demikian Pastor Sipe, akan tetap menjadi magnet untuk mengembangkan iman dan persaudaraan sejati di Tanah Papua Selatan.
Dan, itu membutuhkan suatu wujud atau bukti serta symbol yakni gereja baru. “Saya merasa senang karena banyak orang ingin berkontribusi membangun rumah Tuhan,” katanya.
“Tuhan membutuhkan tangan-tangan anda membangun rumahnya. Tuhan akan sanggup atau mampu membalas setiap kebaikan. Jadi jangan pernah bosan ketika kami undang membangun gereja peradaban baru disini,” pintanya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun






