Misa Inkulturasi Etnis Jawa Katolik di Gereja Santa Theresia Buti, Pastor Sipe: ‘Lagu-Lagunya Sangat Menusuk Jiwa’

Laporan Utama189 views

Merauke, Suryapapua.com-Etnis Jawa Katolik DI Kabupaten Merauke  atau lebih dikenal dengan sebutan Paguyuban Sanjaya, ikut ambil bagian dalam Perayaan Misa Inkulturasi yang berlangsung di Gereja Santa Theresia Buti Minggu (05/10/2025).

Perayaan misa dipimpin tiga pastor yakni Simon Petrus Matruty (sebagai konselebran) dengan didampingi Pastor Eko serta Pastor Martinus.

Dari pantauan suryapapua.com, sebelum perayaan misa Inkulturasi dilakukan, didahului prosesi perarakan ketiga pastor,  diiringi musik gamelan serta tarian sejumlah bocah (anak-anak  kecil) dari depan sakristi menuju ke jalan dan masuk kembali ke dalam gereja.

Penampilan anak-anak  yang mengenakan pakaian atau atribut adat Jawa, menyedot perhatian ratusan umat yang memadati Gereja Santa  Theresia Buti.

Suasana perayaan misa inkulturasi itu, benar-benar ‘sangat kental’ dengan nuansa adat Jawa.

Betapa tidak, para sesepuh maupun ibu-ibu hingga anak-anak, semuanya mengenakan atribut adat Jawa.

Masyarakat Etnis Jawa yang memadati gereja di dalam saat perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun
Masyarakat Etnis Jawa yang memadati gereja di dalam saat perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun

Tidak hanya itu saja, tetapi dekorasi maupun lagu-lagu yang dibawakan selama perayaan misa inkulturasi, bernuansa Jawa.

Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Simon Petrus Matruty dalam sambutannya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Etnis Jawa Katolik di Kabupaten Merauke yang mengambil bagian dalam perayaan misa inkuturasi hari ini.

“Bagi saya luar biasa. Lagu-lagu rohani yang dibawakan selama misa inkuturasi di gereja, sangat bagus dan menusik jiwa. Sekali lagi terimakasih untuk semuanya,” ungkap Pastor Sipe, panggilan akrabnya.

Keterlibatan secara langsung Etnis Jawa Katolik dalam perayaan misa inkulturasi di Gereja Santa Theresia Buti, adalah suatu pengorbanan tidak sedikit.

Selain waktu dan tenaga mempersiapkan segala sesuatu, juga tempat tinggal sudah pasti berjauhan.

Akan tetapi, menurut Pastor Sipe, semuanya kompak dan berkumpul untuk latihan dan mempersiapkan lain-lain.

Ratusan umat yang memadati Gereja Santa Theresia Buti untuk perayaan misa inkulturasi – Surya Papua/Frans Kobun
Ratusan umat yang memadati Gereja Santa Theresia Buti untuk perayaan misa inkulturasi – Surya Papua/Frans Kobun

“Ya, meskipun beda-beda daerah di Jawa, namun ketika sudah tinggal dan hidup di Kabupaten Merauke, menjadi satu kesatuan atau keluarga besar,” ujarnya.

“Mari untuk terus merekatkan persaudaraan yang baik, tetapi saya dengar Suku Jawa sangat kuat persatuan. Olehnya harus tetap dirawat dan dirajut-dijaga terus,”pintanya.

Semua perlu bersatu dan tidak boleh membangun sekat. Harus satu dalam iman. Ingat bahwa persaudaraan akan menghasilkan buah yang baik.

Nantinya, demikian Pastor Sipe, Buti akan memiliki gereja peradaban  baru untuk kolaborasi bagi semua orang.

“Mari kita bangun tangan dan berlomba lomba memberikan terbaik kepada Tuhan. Saya percaya uluran kasih dan berkat yang diberikan untuk pembangunan gereja tak sia-sia,” katanya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *