‘BAK’ orator tulen dari atas podium. Itulah gaya seorang Romanus Mbaraka, Calon Gubernur Papua Selatan ketika berbicara lantang dari podium kehormatan saat debat perdana yang dihelat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Papua Selatan beberapa hari lalu.
Untuk diketahui, debat itu diikuti empat Calon Gubernur-Wakil Gubernur Papua Selatan yakni Darius Gebze-Yusak Yaluwo, Nikolaus Kondomo-Baidin Kurita, Romanus Mbaraka-Albertus Muyak serta Apolo Safanpo-Paskalis Imadawa.
Dalam debat tersebut, sejumlah materi telah disiapkan panelis mulai dari bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, infrastruktur dan lain-lain. Lalu dibacakan presenter TVone.
Selain Calon Gubernur-Wakil Gubernur Papua Selatan menyampaikan visi-misi, juga momen tanya jawab sebagai ajang bergengsi paslon menunjuk kualitas, kemampuan serta kecerdasan.
Tentunya sesi dimaksud, menjadi fokus perhatian publik terutama masyarakat empat kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Mappi serta Asmat).
Mengapa demikian? Karena akan menjadi indikator atau penilaian rakyat, siapa calon yang hanya ‘manis’ beretorika dengan kata-kata.
Lalu mana calon yang bicara untuk eksekusi bahkan sudah menghasilkan dan tinggal saja dilanjutkan.
Dalam sesi tanya jawab, antar paslon saling bertanya sekaligus dijawab secara bergantian, setelah diberikan kesempatan presenter TVone.
Suatu pertanyaan menohok dilontarkan Calon Gubernur Papua Selatan Nomor 1, Darius Gebze kepada Paslon IV, Apolo Safanpo.
Pertanyaan Darius berangkat dari fakta dan kenyataan yang sedang viral di tengah masyarakat belakangan, terkait dua tahun Safanpo diberikan mandat oleh negara sebagai Penjabat Gubernur Papua Selatan, namun tak berbuat apa-apa alias nol hasilnya.
Dimana tupoksi yang diberikan kepada Safanpo menyiapkan sekaligus membangun perkantoran, tak dijalankan.
Akibatnya, Safanpo-pun harus menelan ‘pil pahit’ setelah ditegur bahkan dimarahi anggota DPR RI ketika melakukan kunjungan dan meninjau pembangunan di Kurik yang lahan-nya sudah disiapkan Romanus Mbaraka (Bupati Merauke).
Pertanyaan Darius, dijawab Safanpo dengan berdalih kepada aturan Undang Nomor 14 Tahun 2022 yang mengamanatkan, pembangunan pusat pemerintahan dilakukan melalui APBN.
Nah, kembali soal topik tulisan suryapapua.com kali ini yang menjadi ulasan mendalam terkait kata ‘buta’ sebagaimana terus digoreng tim sukses pasangan sebelah.
Kata ‘buta’ yang disampaikan Cagub Nomor 3, Romanus Mbaraka, sama sekali tidak menyerang profesi para guru. Ini perlu dicamkan.
Sebutan ‘buta’ sebagaimana disampaikan Romanus Mbaraka, terkait para guru perintis dari sejumlah daerah yang datang ke Papua Selatan tempo dulu dengan bermodalkan semangat serta panggilan untuk bagaimana mendidik orang Papua di kampung-kampung terutama di daerah pedalaman.
Mereka (para guru;red) total mendharmabaktikan diri meskipun dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Namun hasilnya tidak sia-sia.
Para guru zaman itu, hanya membawa diri. Tidak memikul atau membawa literatur berupa buku-buku sebagai pedoman mendidik anak-anak Papua.
Dengan hanya mengandalkan batu tulis, lidi hingga kapur tulis, para guru membimbing serta mendidik orang Papua Selatan di empat kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Mappi serta Asmat).
Mereka tak kenal yang namanya kurikulum. Ini yang dimaksudkan Romanus Mbaraka, hingga menyebut kata ‘buta’ kepada para guru tempo dulu.
Jadi bukan menjatuhkan atau mendiskreditkan para guru dengan menyebut mereka ‘buta.’ Ini yang harus dipahami dan atau dimaknai mendalam.
Namun sangatlah sedih, kasihan bahkan boleh dibilang konyol ketika tim sukses sebelah yang memvonis dan atau menjust bahwa pernyataan Romanus Mbaraka merendahkan harkat dan martabat para guru dengan sebutan kata ‘Buta.’
Bahkan sebutan kata ‘buta’ terus menjadi bahan gorengan mereka di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Maklum saja, karena jagoan yang mereka usung, masih harus belajar dari nol. Karena belum berbuat atau menghasilkan sesuatu untuk dibanggakan.
Semua program yang dibuat sekaligus dipaparkan dalam debat, masih sebatas angan-angan belaka dan belum tentu direalisasikan.
Apalagi kalau dilihat dari latar belakang, jagoan yang diusung-pun, masih ‘raba-raba’ untuk bagaimana mengelola ‘kapal besar’ Papua Selatan di dunia birokrasi.
Sangat beda. Boleh dibilang antara langit dan bumi. Dimana seorang Romanus Mbaraka bersama calon wakilnya, Albertus Muyak sangat mapan di dunia birokrasi hingga pensiun.
Dari pengelolaan keuangan, penataan kelembagaan pemerintahan dan lain-lain, Romanus-Muyak adalah ‘rajanya.’
Olehnya, tidak meleset ketika hastag MASAK POHON untuk Romanuas-Muyak dipolulerkan dari waktu ke waktu.
Catat dan ingat bahwa, banyak ‘buah tangan’ atau karya nyata telah ditorehkan Romanus Mbaraka ketika menjabat Bupati Merauke dua periode.
“Apakah perlu disebut satu persatu program nyata Romanus Mbaraka? Tidak usah-lah.
Biarkan rakyat menilai, meskipun tim sukses sebelah maupun barisan sakit hati terus ‘menggonggong’ mempertanyakan dan menggoreng apa yang sudah dibuat seorang Romanus.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun