Merauke, Suryapapua.com– Masih ingatkah dengan tumpukan gabah petani milik masyarakat di lokasi eks transmigrasi di kampung-kampung mulai dari Distrik Semangga, Tanah Miring, Kurik hingga sejumlah distrik lain yang menumpuk di teras hingga di dalam rumah bahkan sampai dapur?
Itu realita sesungguhnya setelah kepemimpinan Romanus Mbaraka sebagai Bupati Merauke berakhir tahun 2016 dan dilanjutkan pemimpin berikutnya.
Namun apa yang terjadi? Ternyata hasil panen petani sangat menjanjikan dengan gabah yang didapatkan berlipat ganda, tetapi tak bisa dibawa ke tempat penggilingan untuk digiling menjadi beras sekaligus dijual untuk mendapatkan uang.
Oleh karena menumpuknya gabah, para petani pun melakukan aksi demonstrasi ke kota dengan mendatangi Kantor Bupati Merauke sampai Kantor Bulog mempertanyakan keseriusan pemerintah menyerap hasil mereka.
Bahkan sebagai aksi protes, petani-pun sempat menghambur gabah di badan jalan aspal ketika aksi demonstrasi berlangsung.
Rupanya apa yang dilakukan petani itu, tak membuahkan hasil pula. Mereka pasrah dengan keadaan, lantaran Bupati Merauke yang menjabat ketika itu, tak mampu mencari jalan keluar.
Pada kepemimpinan Romanus Mbaraka periode kedua (2021-2024), langsung melakukan terobosan dengan bergerak ke Jakarta menemui Menteri Investasi, Bahlil (saat itu) serta Direktur Utama Perum Bulog RI, Budi Waseso meminta adanya kebijakan serapan beras petani oleh Bulog.
Seketika juga, diresponi cepat dan pada akhirnya gabah petani yang menumpuk di rumah-rumah, dibawa ke penggilingan dan dilakukan penyerapan besar-besaran oleh Bulog Merauke.
“Saya hanya mau ingatkan kepada masyarakat di lokasi eks transmigrasi agar tidak lupa jasa besar yang diberikan dan dibuat Bapak Romanus Mbaraka,” pinta Surabi Gatot, salah satu perwakilan masyarakat dari Kampung Marga Mulya, Distrik Semangga saat bersama ratusan masyarakat lokasi eks transmigrasi berdialog di kediaman Calon Gubernur Papua Selatan, Romanus Mbaraka Senin (04/11/2024).
Selama beberapa tahun saat Romanus Mbaraka tak menjabat, petani di lokasi eks tranmigrasi sangat menderita. Betapa tidak, gabah hasil panenan menumpuk di rumah-rumah.
“Ingat dan ingat bahwa hanya Bapak Romanus Mbaraka yang menyelamatkan kita,” ungkapnya dengan suara tinggi.
Jadi, lanjut Gatot, agar dalam Pemilihan Gubernur Papua Selatan 27 November 2024, masyarakat harus mencoblos pasaangan nomor urut 3, Romanus Mbaraka-Albertus Muyak.
“Bapak Romanus sudah sangat baik dan menyelamatkan kita rakyat kecil. Jadi ingatlah akan jasa besar beliau,” pintanya.
Yakin dan percaya, ketika Romanus-Muyak terpilih menahkodai Provinsi Papua Selatan, pertanian akan digenjot habis-habisan dan petani pasti hidup sejahtera.
“Sekali lagi saya ingatkan kita semua yang hadir di kediaman Bapak Rom hari ini agar memilih nomor 3. Begitu buka surat suara dan lihat yang memakai songko, coblos disitu,” pintanya lagi.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun