Kurik, Suryapapua.com– ‘Lautan manusia.’ Begitulah suasana yang terlihat saat Gus Miftah Maulana Habibburahman, Kyai kondang memberikan ceramah kepada ribuan umat dari berbagai penjuru di Lapangan Kurik, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan Sabtu (25/05/2024).
Dari pantauan Surya Papua, saat Gus Miftah memegang microfon sekaligus melakukan ceramah dari atas panmggung, suasana di lapangan tersebut, bak tidak berpenghuni.
Betapa tidak, baik di bawah tenda maupun di sekitar lapangan, ribuan pasang mata tertuju ke atas panggung, sekaligus mendengar secara seksama ceramah yang disampaikan Gus Miftah.
Tidak ada suara sedikit-pun keluar dari ribuan masyarakat, meskipun cuaca terkadang kurang bersahabat. Dimana sesekali rintik hujan dan kembali panas lagi.
“Terimakasih untuk Pak Bupati Merauke, Romanus Mbaraka, sehingga saya bisa hadir di Tanah Papua Selatan, tepatnya di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke,” ungkap Gus Miftah membuka ceramahnya.
Selanjutnya, Gus Miftah mengatakan, baik laki-laki maupun perempuan, sangat mulia serta terhormat. Kehormatan seseorang tidak dilihat dari gender-nya.
Sehingga, menurutnya, laki-laki maupun perempuan, bisa menjadi bupati. Begitu juga seorang kapolsek, bisa laki-laki serta perempuan. Jadi semua memiliki kesempatan sama.
Lebih lanjut Gus Miftah mengatakan, Allah menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Sehingga ketika ada orang menolak ras, berarti dia menolak takirnya Tuhan.
“ Allah ciptakan Jawa dan Papua. Allah ciptakan warna kulit putih dan hitam. Ingat hitam belum tentu kotor, putih belum tentu suci,” ujarnya.
Allah, katanya, menciptakan semua dengan takdirnya masing-masing. Tidak ada keutamaan yang mengatakan putih lebih mulia dari hitam, begitu pula sebaliknya. Semua ditakdirkan masing-masing.
“Kita semua hidup di atas bumi yang sama dengan takdir berbeda,” ungkap Gus Miftah mengingatkan.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun