CALON Gubernur Papua Selatan yang juga Bupati Merauke, Romanus Mbaraka didaulat Pengurus Cabang Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (KA-PMII) Kabupaten Merauke memberikan materi, sekaligus berdiskusi dengan alumni maupun mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Selain membeberkan sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) dari empat kabupaten (Merauke, Boven Digoel, Mappi serta Asmat) di Provinsi Papua Selatan, juga diberikan ruang bertanya sekaligus diskusi.
Dalam diskusi yang berlangsung di Hotel Corein Minggu (10/11/2024), Romanus Mbaraka menyebut, hadirnya atau lahirnya Provinsi Papua Selatan, salah satunya adalah anak-anak Selatan, tak mendapatkan tempat di lingkungan Pemprov Papua saat itu.
“Kita dianggap orang nomor dua, sehingga tak mendapatkan perhatian menempati posisi atau jabatan di Pemrov Papua,” tegasnya.
“Lalu khusus desain pemekaran, saya yang buat atau konsep dalam tulisan,” katanya.
Khusus Kabupaten Merauke, potensi SDA atau leading sektor dalam arti luas adalah pertanian termasuk perikanan, kehutanan dan lain-lain.
Pertanian yang meliputi holtikultura, tanaman keras, basah serta palawija, masih menjadi unggulan, tetapi perlu rekayasa teknis besar.
Namun persoalan juga adalah SDM masih kurang, juga marketing belum meningkat, pengelolaan termasuk ongkos transportasi serta kualitas produksi beras belum memenuhi syarat internal maupun eksternal market.
Orang menyebut beras Merauke bagus, tetapi belum masuk pasar bebas. Saat dijual keluar, berasnya kalah dengan dari Banyuwangi, Karawang dan daerah lain.
“Saya pernah coba masukan beras melalui pangan sari ke Timika, namun kualitas masih dibawah juga,” ujarnya.
Sedangkan dari SDM, menurutnya, anak-anak tamatan dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi (PT), sangat banyak dibandingkan beberapa tahun silam.
“Ya, hampir di setiap keluarga, anak-anaknya tamat SMA. Ini menunjukan bahwa semangat serta perhatian orangtua dalam bidang pendidikan sangat tinggi,” katanya.
Potensi Mappi
Khusus Kabupaten Mappi, demikian Romanus, potensinya masih dengan tanaman keras, tetapi juga perikanan air tawar, karena disana hampir tak ada air laut.
Tantangan terbesar lagi adalah apa yang bisa dijual rakyat agar mendapatkan uang untuk keluarganya. Secara umum, masyarakat di Mappi mengambil sagu secara turun temurun.
Khusus bidang perikanan, tidak terlalu potensial, lebh kepada untuk dikonsumsi.
“Memang awalnya ada potensi karet menjadi primadona serta andalan masyarakat di Kabupaten Mappi, hanya saja dalam beberapa tahun terakhir, tak ada pembelian oleh pengusaha,” ujarnya.
Lalu, Mappi juga tak maksimal dalam mengembangkan perkebunan seperti durian maupun rambutan.
Khusus sumber daya manusia (SDM), perlu ada kebijakan luar biasa dilakukan untuk pengembangan formal maupun informal. (*/Bersambung)
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun