(Oleh: Pulo Lasman Simanjuntak)
SEIKAT perjalanan
dimulai dari peta
kuku-kuku waktu
menggelisahkan
sekujur tubuhku
Tak lagi mampu
menghisap
mulut matahari
bernyanyi kidung pagi hari
sepi makin terkurung
pada batin ini
Apa lagi yang harus disantap
dari dalam rahimmu
tak ada janin bayi
tinggal terbungkus
tulang belulang
ditikam gizi buruk
pada cuaca ekstrem
semakin buruk rupa
Tidurlah sayang
sampai nanti
jasad ini mau dibakar
beralaskan debu dan tanah
Pada akhirnya
aku terus berlari keletihan
mengejar angin
malam kecelakaan
imajinasi sungguh mematikan
sampai di pertengahan kota
ada darah segar
di pori-pori aspal jalan
(**)