Merauke, Suryapapua.com– Bupati Merauke, Romanus Mbaraka menegaskan, terlalu banyak bupati kecil dibawah. Sehingga membuat kacau negara ini.
Kritikan pedas tersebut disampaikan Bupati Mbaraka saat melakukan dialog bersama masyarakat di Dusun Yogim, Kampung Kumbe, Distrik Malind, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan Senin (30/10).
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Mbaraka mengungkapkan kekecewaannya setelah jembatan maupun jalan menuju Dusun Yogim tak kunjung dituntaskan.
“Untuk jembatan, saya alokasikan anggaran senilai Rp 1,6 milyar, namun sayangnya, hanya tiang saja dipasang dan jembatan pun tak kunjung rampung,” tegasnya.
Lalu, katanya, bukan jembatan kayu dibangun. “Saat itu saya bilang buat bantalan sebelah menyebelah. Nanti besi, diambil dari sisa pekerjaan di Barki (proyek APBN). Sehingga jembatannya kuat dan bertahan lama. Namun kontraktornya membandel hingga pekerjaan pun amburadul,” tegasnya.
Begitu juga dengan jalan menuju Yogim, dana dialokasikan senilai Rp 4 milyar. Tetapi pekerjaan dialihkan di tempat lain dengan membangun jalan kontruksi beton.
Padahal, menurut Bupati Mbaraka, pihaknya telah berdialog bersama masyarakat di Yogim beberapa waktu lalu di kediaman H. Tohan agar jalan diaspal. Tapi faktanya tidak seperti demikian. “Ya saya marah besar,” ujarnya.
“Begitulah, karena terlalu banyak bupati kecil dibawah yang mengatur sendiri tanpa mengikuti arahan serta komando pimpinan diatas,” ujarnya.
Khusus jalan masuk di Yogim, tegasnya, segera dilakukan pengaspalan. Kepala Dinas Pejerjaan Umum (PU), Leo Mogot ada dan mendengar langsung, sehingga harus dieksekusi.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun