Kesucian Rumah Ibadah Harus Dijaga, Awaludin Gebze: Masjid dan Mushola Agar Tak Dijadikan Tempat Berpolitik Praktis

Ragam247 views

Merauke, Suryapapua.com– Ketua Majelis Muslim Papua Kabupaten Merauke, H. Awaludin Gebze menghimbau kepada masyarakat khususnya yang beragama Islam agar menjaga netralitas dalam pemilu tahun 2024.

Lebih khusus lagi dalam penggunaan tempat ibadah  (masjid dan mushola)  agar tidak dijadikan ajang politik praktis, harus dijaga kesuciannya.

Hal itu disampaikan Awaludin kepada Surya Papua Kamis (28/9). “Saya mengajak kepada para pendakwah ketika memberikan materi dakwah baik khotbah maupun ceramah, tak menggunakan politik praktis,” pintanya.

Lebih dari itu, demikian Awaludin, tidak mengajak masyarakat mendukung calon tertentu dalam materi dakwahnya. Dakwah yang disampaikan senantiasa dijaga kesuciannya.

“Mari kita sama-sama menjaga keamanan serta kedamaian di tengah masyarakat menjelang agenda politik mendatang. Sehingga semua rencana pemerintah dalam pemilu bisa berjalan aman, lancar dan tertib sesuai harapan semua orang,” pintanya lagi.

Dakwah Harus Bawa Kedamaian

Ketua Pemuda Muhammadyah  Kabupaten Merauke, Khoerul  Waris – Surya Papua/IST
Ketua Pemuda Muhammadyah Kabupaten Merauke, Khoerul Waris – Surya Papua/IST

Sementara itu,  Ketua Pemuda Muhammadyah  Kabupaten Merauke, Khoerul  Waris didampingi dua pengurusnya meminta sekaligus mengajak masyarakat menjaga netralitas dan kemurian rumah ibadah.

“Jangan sampai rumah ibadah seperti masjid dan mushola  dijadikan ajang menyampaikan kampanye  pemilu,” pintanya.

Semua elemen masyarakat, lanjutnya, harus berperan dan mampu menjaga kesucian rumah ibadah dari  ajang politik praktis dan pragmatis.

Lalu  para penceramah agama yang dihadirkan,  tidak  memprovokasi  dengan isu agama yang berpotensi  menimbulkan tindakan intoleran.

Lanjut Waris, masjid dan mushola merupakan tempat beribadah dan berdakwah. Tetapi dakwah yang membawa kedamaian. Bukan dakwah  menyebar kebencian, apalagi  sampai mengarah kepada ajakan  pemilih memilih calon tertentu.

Selain itu, tak menyalahgunakan kegiatan pengajian  serta kegiatan keagamaan lainnya  untuk berpolitik praktis. Juga tidak meggunakan politik identitas yang dapat  merusak persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *