Lima Kampung di Distrik Kontuar Terisolir, Frederikus Buer: ‘Saya Optimis Bapak Bupati Merauke Segera Buka Akses’

Pemerintahan299 views

Kontuar, Suryapapua.com– Lima kampung di Distrik Kontuar, pemekaran dari Distrik Waan, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, masih sangat terisolir dan jauh dari sentuhan pelayanan pemerintahan.

Akibatnya, kehidupan masyarakat-pun ‘biasa-biasa’ saja, tak sebanding dengan kampung serta distrik lain.

Kelima kampung tersebut diantaranya  Wantarma, Sibenda, Wetau, Pemri dan Kawe.

Setelah melihat kondisi masyarakat seperti demikian, Bupati Merauke, Romanus Mbaraka tidak tinggal diam, tetapi langsung tancap gas.

Dihadapan ratusan masyarakat Wantarma dalam kunjungannya pekan lalu, Bupati Mbaraka menegaskan, tahun depan akan dibuka akses jalan penghubung untuk beberapa kampung hingga ke Distrik Waan.

Kepala Distrik Kontuar, Frederikus Buer saat bersama masyarakat – Surya Papua/Frans Kobun
Kepala Distrik Kontuar, Frederikus Buer saat bersama masyarakat – Surya Papua/Frans Kobun

Selain itu, Bandar udara maupun pelabuhan laut ikut dibuka atau dibangun tahun depan. Sehingga masyarakat juga dapat menikmati dan atau merasakan yang namanya ‘kue’ pembangunan.

Kepala Distrik Kontuar, Frederikus Buer mengungkapkan, dirinya sangat yakin dan percaya kepada Bupati Merauke, Romanus Mbaraka segera  membuka keterisolasian di lima kampung dalam wilayah tugasnya.

“Bapak Bupati Merauke sudah datang di Kampung Wantarma yang menjadi pusat ibukota Distrik Kontuar untuk berkomunikasi dengan masyarakat, sekaligus menyampaikan sejumlah hal sehubungan dengan berbagai kegiatan pembangunan yang akan dijalankan tahun depan,” ungkapnya.

Buer mengakui, untuk menjangkau satu kampung ke kampung lain, satu-satunya transportasi yang digunakan adalah sungai dan harus dengan speedboat. Kondisi demikian agak menyulitkan juga, karena  harga bahan bakar minyak (BBM) pun ‘mencekik leher.’

Dikatakan, dampak  keterisolasian selain kehidupan masyarakat nyaris berjalan ditempat, juga kegiatan belajar mengajar serta pelayanan kesehatan tak berjalan sesuai harapan.

“Ya, kalau pendidikan sangat parah untuk lima kampung, karena selain gurunya tak ada, juga bangunan rusak, sehingga proses belajar mengajar tidak berjalan. Kalau kesehatan masih baik, karena petugas selalu melakukan pelayanan ke kampung-kampung,” jelasnya.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *