Ratusan Umat Katolik di Paroki Santa Theresia Buti Terima Abu, Ditandai Tanda Salib di Dahi

Laporan Utama546 views

Merauke, Suryapapua.com– Kurang lebih 700-an umat Katolik di Paroki Santa Theresi Buti mengikuti perayaan Rabu Abu yang menandakan dimulainya masa prapaskah.

Dari pantauan Surya Papua Rabu (22/2), perayaan Rabu Abu  itu dipimpin Pastor Paroki Santa Theresia Buti, Pius Oematan, Pr. Usai khotbah, prosesi penerimaan abu dilaksanakan.

Pastor Pius bersama beberapa suster serta bruder, mengoleskan abu  berupa Tanda Salib di dahi setiap umat mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Salah seorang suster mengoleskan abu di dahi umat dalam ekaristi Rabu Abu – Surya Papua/Frans Kobun
Salah seorang suster mengoleskan abu di dahi umat dalam ekaristi Rabu Abu – Surya Papua/Frans Kobun

Selain di dalam gereja, juga di dua titik lain di depan maupun disamping gereja yang telah disiapkan. Setiap umat berdiri secara teratur sambil menuju ke pastor, bruder maupun suster menerima abu.

Sementara itu, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC mengeluarkan beberapa himbauan selama masa tobat (puasa) bagi Umat Katolik.

Beberapa hibauan itu  dibacakan Pastor Pius Oematan, Pr diantaranya masa pantang mulai berlangsung hari ini tanggal 22 Pebruari 2023 sampai Jumat Agung 7 April mendatang.

Salah seorang anak kecil menerima abu   dalam perayaan ekaristi Rabu Abu di Gereja Katolik Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun
Salah seorang anak kecil menerima abu dalam perayaan ekaristi Rabu Abu di Gereja Katolik Santa Theresia Buti – Surya Papua/Frans Kobun

Dalam masa ini, gereja mengajak umat untuk bertobat dan melakukan perbuatan mati raga serta memakai lebih banyak waktu untuk berdoa.

“Melalui Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), kita diajak  turut melaksanakan keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan,” katanya.

Disamping itu, lanjut Uskup Mandagi,  sebagai tanda pertobatan bersama, gereja meminta umat Katolik mentaati peraturan pantang  serta puasa.

Salah seorang bruder sedang mengoleskan abu di dahi seorang bocah pada perayaan Rabu Abu – Surya Papua/Frans Kobun
Salah seorang bruder sedang mengoleskan abu di dahi seorang bocah pada perayaan Rabu Abu – Surya Papua/Frans Kobun

Untuk pantang dan puasa dilakukan  pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Sedangkan pada Jumat lain selama masa prapaskah, berlaku wajib pantang saja.

Berikiutnya, yang diwajibkan berpuasa adalah semua umat Katolik  yang telah genap berusia 18 -59 tahun. Puasa itu artinya makan kenyang satu hari (satu kali dalam sehari).

Untuk pantang,  diwajibkan   berusia 14 tahun ke atas. Arti pantang itu sendiri yakni tak boleh makan daging atau ikan.

Seorang Mama sedang menerima abu yang dioleksan suster di dahinya – Surya Papua/Frans Kobun
Seorang Mama sedang menerima abu yang dioleksan suster di dahinya – Surya Papua/Frans Kobun

Dalam masa puasa yang penuh rahmat ini, umat Katolik diberikan kesempatan melepaskan manusia lama  yang diwarnai dosa- dosa. “Lalu mengenakan manusia baru dengan  diwarnai kasih kepada Allah, sesama  serta bumi rumah kita bersama,” katanya.

“Selama menjalankan masa puasa,  kita dibantu oleh thema Aksi Puasa Pembangunan Konferensi Waligerja Indonesia yakni keadilan ekologis bagi seluruh ciptaan- Semakin Mengasihi dan Lebih Peduli,” jelas Uskup Mandagi.

Penulis : Frans Kobun

Editor  Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *