KEUNIKAN dipertontonkan setiap kelompok dari arena karnaval yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Merauke dalam rangka memeringati HUT ke-80 Kemerdekaan RI beberapa hari lalu.
Berbagai atraksi dan atau pertunjukan, busana, cara merias pakaian diperlihatkan tiap kelompok baik etnis, pelajar maupun komponen terkait lainnya.
Ratusan kelompok yang dengan percaya diri tampil dalam karnaval dengan start di depan Kodim 1707 Merauke hingga finisih di kantor bupati, memperlihatkan penampilan mereka.
Sebut saja penampilan salah seorang siswi dari salah satu sekolah dalam Kota Merauke yang tampak ‘aduhai’ hingga menyita perhatian.
Betapa tidak—dari jalannya saja, ‘bak’ seorang pengantin, belum lagi busana yang dikenakan-pun menyita berbagai kalangan, terutama warga yang berjubel di sepanjang jalan menonton karnaval.
Usut punya usut, ternyata ‘pengantin dadakan’ itu, mengenakan pakaian dari bahan botol bekas yang didaur ulang.
David Rahawarin, Staf WWF Papua Selatan ketika dimintai komentarnya mengungkapkan, gaun yang dikenakan salah seorang siswa dalam karnaval, sangat menarik hingga sampai menyapu badan jalan aspal.
“Semua orang merasa kagum lantaran busana yang dikenakan-nya, berbahan bekas plastik,” ujarnya.
Selama ini, demikian David, orang melihat dengan sebelah mata akan sampah-sampah yang dibuang termasuk botol-botol tidak bermanfaat.
Padahal bagi sejumlah sekolah, justru bermanfaat lantaran bisa digunakan menghasilkan sesuatu termasuk pakaian.
Selain gaun dari bahan plastik, ternyata juga payung digunakan. Dimana dari bahan sama yang didaur ulang.
Dengan busana maupun payung yang digunakan sejumlah siswa saat karnaval, menunjukkan mereka berkreasi secara baik memanfaatkan sisa-sisa plastik yang dianggap remeh warga Merauke.
“Semoga generasi muda makin percaya diri dan bangga bahwa sampah bisa bermanfaat, asalkan bisa tekun mendaur kembali,” katanya.
Kabid Pengeloaan Persampahan dan Keragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Merauke, Budi Yolmen memberikan apresiasi lantaran para siswa mengenakan gaun indah dengan bahan dasar dari sampah plastik.
“Memang semua bahan yang diolah, tidak terpakai. Jujur saya sangat senang dengan kreasi generasi muda terutama anak-anak sekolah. Semoga terus dipertahankan dan ditingkatkan kedepan mendaur ulang bahan dari sampah untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,” pintanya.
Penulis : Agapitus Batbual
Editor : Frans Kobun






