Merauke, Suryapapua.com– ‘Saya merasa senang, karena pemerintah menghargai Gereja Katolik sekaligus menetapkan hari libur di tanggal 14 Agustus setiap tahun, sehubungan masuknya Gereja Katolik di Selatan Papua. ”
Demikian disampaikan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC saat jumpa pers yang dihadiri sejumlah wartawan di rumah uskup Sabtu (12/8). “Hari Senin 14 Agustus 2023, umat akan memperingati sekaligus merayakan 118 tahun masuknya Gereja Katolik di Papua Selatan dengan start dimulai dari Tugu Lingkaran Brawijaya – berjalan kaki menuju ke Patung Hati Kudus di sekitar area Bandara Mopah,” ungkapnya.
Lanjut Uskup Mandagi yang didampingi John Kandam, Pr (sekretaris uskup), pemerintah menghargai karena umat Katolik paling banyak dan besar ada di Provinsi Papua Selatan.
Jika umatnya sedikit, berarti tak adil. Jadi adil karena umat Katolik paling besar di Papua Selatan. “Ya, kalau di Jawa Islam paling besar, sehingga pantaslah kita menghargai,” kata Uskup Mandagi.
Lebih lanjut dijelaskan, “Bagi kami, perayaan tanggal 14 Agustus adalah perayaan syukur dan terimakasih kepada Tuhan yang telah memakai Gereja Katolik mewartakan kasih disini dan bukan kekerasan.”
Gereja Katolik, demikian Uskup Mandagi, adalah tanda kehadiran Tuhan dan tanda kehadiran kasih. Lalu kasih itu juga tak terbatas kepada umat Katolik tetapi semua orang. “Olehnya saya minta umat Katolik harus tampil menyebarkan kasih,” pintanya.
Dengan usia 118 tahun, memberikan kesempatan kepada Gereja Katolik melihat diri sendiri. “Kita juga tidak sempurna, pasti banyak kekurangan dan kelemahan, tetapi tak boleh bertahan. Harus membuat perubahan serta pertobatan,” pintanya lagi.
“Ini kesempatan Gereja Katolik melihat sejauhmana sudah menjadi tanda kehadiran Tuhan membawa kasih. Barangkali sudah, namun masih kurang dan harus membuat perubahan. Misalnya perubahan di bidang persaudaraan, apakah sudah hidup dalam persaudaraan atau berkelahi di dalam terus,” ujarnya.
Gereja Katolik, lanjutnya, harus bertanya, benarkah umat Katolik memuji Tuhan dengan rajin ke gereja atau malas berdoa, kafir dan lupa Tuhan? Dan apakah lebih diutamakan adalah uang?
“Benarkah umat Katolik sudah melihat Tuhan di atas segalanya dengan sembayang, berdoa dan defosi, lalu menjadi saksi dimana- mana lewat kata-kata dan perbuatan?,” tanya Uskup Mandagi.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun