Sikap Gentlement Seorang Romanus Mbaraka, “Saya Minta Maaf Kepada Kaka Komarudin Watubun dan Ade Yan Mandenas”

Pemerintahan751 views

Merauke, Suryapapua.com– Dihadapan Wakil Menteri Dalam Negeri, John Wempi Wetipo bersama pejabat Kemendagri dan juga pejabat  dari Provinsi Papua serta  tiga bupati lain,  musyawarah pimpinan daerah (Muspida), tokoh agama, tokoh adat serta stakeholder lain, Bupati Merauke menyampaikan permohonan maaf kepada anggota Komisi II DPR RI, Komarudin Watubun (ikut hadir juga) serta Yan P Mandenas atas pernyataannya beberapa waktu lalu.

“Selaku pribadi dan atas nama  bupati  serta seluruh masyarakat di Kabupaten Merauke, saya menyampaikan permohonan maaf kepada Kaka Komarudin Watubun yang hadir saat ini bersama ade Yan P Mandenas bersama keluarga dan juga PDI-P serta Partai Gerindra maupun Komisi II DPR RI atas ucapan saya waktu lalu,” ungkap Bupati Mbaraka di ruangan auditorium kantor bupati Jumat (29/7).

Pernyataan yang disampaikan, jelas Bupati Mbaraka, sesungguhnya ingin mengurai tentang 20 tahun perjalanan perjuangan Provinsi Papua Selatan.

“Kenapa Saya  menjelaskan, karena saya salah satu staf yang  saat itu menulis tentang konsep  pemekaran  setelah ditugaskan oleh  kaka John Gluba Gebze (Bupati Merauke),” ujarnya.

Dikatakan, sekitar tahun 2004 atau 2006 silam, kurang lebih 200-300 perwakilan masyarakat dari Selatan ke Jayapura membawa aspirasi  pemekaran Provinsi Papua Selatan.  Saat itu, hampir tidak ada yang menerima, hanya Komarudin Watubun sebagai anggota DPRP.

Lalu, katanya, biaya yang dikeluarkan tak sedikit, karena harus mencarter pesawat dan lain-lain.

“Mungkin teman lain berjuang satu atau dua tahun, tetapi kita mencapai 20 tahun dengan air mata dan darah.  Banyak senior  yang merumuskan pemekaran sudah meninggal, itu  yang saya maksudkan,” tegasnya.

Bupati Mbaraka kembali menegaskan, tak pernah komunikasi dengan Komarudin dan Mandenes, silahkan lihat track-record telpon. “Justru yang saya maksudkan  all-out adalah bagaimana kita jaga daerah ini agar salah satu dari tiga provinsi dimaksud, masyarakatnya tidak ribut,” ujarnya.

Jadi, lanjut Bupati Mbaraka, perjuangan menghadirkan Provinsi Papua Selatan tidak gampang. Ketika diplintir gampang, tetapi proses berjuang, orang harus akui.

“Jadi sekali lagi bahwa tak ada suap sama sekali. Kita tak punya uang cukup. Membangun negeri ini sekarang  susah sekali,” katanya.

“Saya musti jelaskan agar lebih jelas lagi, mungkin orang mengerti sepenggal-penggal,” ujarnya.

Ditambahkan, saat rapat dengar pendapat (RDP), orang takut datang ke Papua. Namun Komarudin Watubun dan  Yan Mandenas selalu pasang badan dan terus melakukan  sosialisasi serta mendengar  secara langsung aspirasi masyarakat.

Lalu, lanjut Bupati Mbaraka, pemerintah bekerja menyiapkan  data dan melakukan kerjasama dengan UGM untuk studi akademik.  Juga terus berkomunikasi bersama Menteri Dalam Negeri.

Bupati menegaskan kembali, mungkin dengan hadirnya daerah otonom baru (DOB)  muncul pro-kontra. Tetapi masyarakat di Selatan Papua mendukung penuh karena ingin maju  seperti daerah lain.

Penulis : Frans Kobun

Editor   : Frans Kobun

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *