Merauke, Suryapapua.com– Setelah melakukan lawatan ke Distrik Kimaam, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC mendapatkan banyak keluhan dari masyarakat, sehubungan berbagai persoalan yang terjadi.
Salah satunya adalah di dunia pendidikan. Dimana kegiatan proses belajar mengajar di kampung-kampung stagnan atau berjalan di tempat.
Para guru cendrung menghabiskan waktu di kota dan membiarkan anak didik ‘telantar’ begitu saja.
“Saya melihat banyak guru tak melaksanakan tugasnya sesuai janji yang diucapkan. Tanpa beban, mereka lebih memilih di kota. Parahnya lagi, tiap bulan menerima gaji seperti biasa,” kritik Uskup Mandagi saat memberikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan, pecan lalu.
Uskup Mandagi menegaskan, pendidikan di kampung-kampung hancur. Anak didik yang nota bene orang asli papua (OAP) tak mendapatkan kesempatan memperoleh ilmu.
“Bagaimana anak bisa dapat pendidikan baik, sementara gurunya sendiri tak berada di tempat tugas. Padahal sesungguhnya pendidikan adalah pasport menuju masa depan. Jangan harap ada masa depan di Papua kalau pendidikan morat-marit,” katanya.
Khusus kepada guru Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK), Uskup Mandagi meminta agar tetap melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik. Karena anak-anak juga sedang berteriak dan menginginkan ‘sentuhan’ pendidikan.
Dalam kesempatan itu, Uskup Mandagi meminta kepada Bupati Merauke, Romanus Mbaraka menata kembali pendidikan dan memberikan teguran keras kepada para guru yang malas melaksanakan tugas di kampung-kampung.
Penulis : Yulianus Bwariat
Editor : Frans Kobun