Merauke, Suryapapua.com– Pagi itu, Sabtu 5 November 2022, persiapan dilakukan mulai dari penyediaan bahan bakar minyak (BBM), akomodasi hingga bantuan beras kurang lebih 200 karung ( isi 5 kg) serta supermie dan lain-lain untuk dibawa.
Selain sejumlah kebutuhan itu, orang yang akan diikutsertakan dihitung, sekaligus disesuaikan kapasitas speedboat.
Setelah berbagai persiapan, satu persatu naik ke atas speedboat dengan barang bawaan seadanya. Sekaligus melakukan perjalananan (menyeberang sungai) menuju Pulau Habe, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke.
Ikut di dalam speedboat, isteri Bupati Merauke, Imelda Carolina Mbaraka, juga sejumlah rombongan lain. Lalu Bupati Merauke, Romanus Mbaraka sendiri yang sekaligus sebagai driver speedboat.
Namun sebelum tali di lepas, Bupati Mbaraka masih menerima tiga pejabat untuk berkonsultasi di kebunnya di Kampung Sarsang, Distrik Tanah Miring.
Ketiga pejabat itu diantaranya Sekretaris Daerah (Sekda), Ruslan Ramli, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda), Majinur serta Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Stefanus Kapasiang.
Tepat pukul 11.00 WIT, Bupati Mbaraka naik ke atas speedboat. Tampil sederhana dengan baju singlet berwarna merah dipadu celana pendek dan topi dipakai terbalik, menuju ke kursi untuk mengambilalih kendali, sekaligus menyetir fasilitas transportasi sungai itu.
Mesin dihidupkan. Tali pun dilepas. Perlahan spead boat bergerak keluar menyusuri sungai berukuran sempit dari kebunnya. Beberapa ranting pohon yang menghalangi alur sungai, dipotong ‘pasukan’ khusus di posisi depan.
Setelah menyusuri sungai kecil, akhirnya speedboat keluar di jalur bebas. Arus sungai-pun mulai dihadapi menyusuri rute perjalanan termasuk melewati kolong jembatan Tujuh Wali-Wali hingga keluar dari kota, menyisir sejumlah kampung sekitar hingga menuju ke Pulau Habe.
Cuaca selama perjalanan sangat bersahabat. Langit-pun terang, tak ada tanda-tanda datang hujan. Namun angin kencang tak mampu dibendung hingga gelombang ‘dahsyat’ di perairan tersebut. Akibatnya, beberapa kali seedboat bergoyang sangat keras.
Meskipun tingginya arus air, Romanus Mbaraka dengan santai melakukan manuver mengendalikan setir memecah gelombang itu.
Raut wajahnya santai, sesekali bergurau dengan sang isterinya yang duduk di samping. Beberapa kali Jurnalis Surya Papua, Frans Kobun membalikkan badan ke samping, sekaligus mengangkat muka dan mengekor ke orang nomor satu di Kabupaten Merauke yang sedang mengatur irama lari speedboat.
Perjalanan hingga ke Pulau Habe, tak mengalami kendala. Dari kejauhan di sekitar Kampung Wambu, Patung Kristus Raja berdiri kokoh di tengah Pulau Habe.
“Itu sudah dekat, tidak lama lagi, kita akan tiba di Pulau Habe,” ungkap Mama Gema, satu dari rombongan speedboat.
Meskipun gelombang tak bersahabat, laju speedboat tak dapat dibendung, hingga rombongan tiba di Pulau Habe sekitar pukul 13.00 WIT atau durasi perjalanan kurang lebih dua jam.
Akibat gelombang, sempat membuat satu dari rombongan itu, ‘nyaris’ muntah lantaran tak bisa menahan manuver speedboat yang dimainkan Bupati Mbaraka menghindari gelombang.
TIba di pinggir pantai Pulau Habe, telah menunggu Sekretaris Distrik Okaba, Babinsa, polisi dan sejumlah masyarakat dari Kampung Wambu. Mereka menyambut Bupati Mbaraka dengan senyuman lebar.
Usai turun dan menyapa tripidis, Bupati Mbaraka bersama sang isterinya mengajak Surya Papua menuju ke Patung Kristus Raja, sekaligus berdoa.
Usai berdoa, beberapa saat kemudian, menyusul ajudannya, Daud ke patung. Diskusi kecil-kecilan dibangun. Tak lama lagi, ikut tripidis untuk berbincang-bincang di area patung.
Kurang lebih dua stengah jam di tempat itu, Bupati Mbaraka bersama tripidis turun kembali ke pinggir pantai. Beberapa warga-pun mulai mendekati, lalu komunikasi dibangun.
Sejumlah kebutuhan yang dibawa dari kota seperti beras, supermie, sirih pinang dan lain-lain mulai dibagikan. Hari sudah memasuki gelap. Romanus Mbaraka bersama isterinya tak memilih tinggal di rumah di sekitar.
Pantai Pulau Habe dengan cirikhas pasir berwarna putih, menjadi pilihan bagi Bupati Mbaraka untuk meletakkan kepalanya. Terpal diikuti kasur kecil dan bantal-bantal di letakkan.
Oleh karena kelelahan, Bupati Mbaraka meletakkan kepalanya dan tidur selama beberapa jam. Tepat pukul 23.00 WIT, ia sudah bangun kembali. Lalu mendekati beberapa rombongan sekaligus berdiskusi sesaat.
Sekitar pukul 23.30 WIT, Bupati Mbaraka membangunkan isterinya. Karena tepat pukul 24.00 WIT, sudah harus ke Patung Kristus Raja untuk berdoa.
“Saya pun kembali diajak bersama ke patung. Kami bertiga langsung naik ke bagian paling atas, sekaligus duduk di bawah kaki Patung Kristus Raja untuk berdoa secara bersama-sama.”
Beberapa intensi doa dipanjatkan (pribadi per pribadi) di di depan patung, meskipun gemuruh angin pantai sangat kencang.
“Ade Frans lihat ke tengah laut sana. Kapal-kapal berjejer sambil melakukan aktivitas mencari ikan,” kata Bupati Mbaraka.
“Oleh karena gemuru angin kencang, saya bersama bupati dan ibu turun melewati tangga-tangga hingga kembali ke pantai. Sekaligus menikmati suasana malam yang sangat tenang, disertai angin sepoi hingga membuat mata tak sanggup dibuka lagi.”
Malam semakin larut. Bupati Mbaraka bersama sang isteri tercinta kembali merebahkan kepala di bantal. Rupanya memasuki dini hari, angin pantai berhembus kencang, gelombang pun mulai naik, lalu diikuti rintik hujan.
Sehingga Bupati Mbaraka harrus kembali masuk ke dalam rumah dan beristirahat. Sebelum tidur, rombongan diingatkan agar cepat bangun karena besok pagi, Minggu (6/11) tepat pukul 04.30 WIT, speadoat sudah harus keluar dari Pulau Habe menuju ke Kota Merauke.
Saat ditemui Surya Papua, Bupati Mbaraka mengungkapkan, kedatangannya ke Pulau Habe, sekaligus berdoa di Patung Kristus Raja dan melihat beberapa item patung yang harus dilakukan pengecatan kembali. Karena rencananya bulan depan, patung diberkati sekaligus dilakukan peresmian untuk dijadikan sebagai destinasi wisata rohani.
“Memang patung itu hasil karya yang saya bangun sejak memimpin periode pertama 2011-2016,” ujarnya.
Setelah patung berdiri kokoh di Pulau Habe itu, tak kunjung diresmikan bupati yang menggantikannya. “Saya tak menjabat di periode kedua, sehingga harapannya agar bupati berikut meresmikan, namun tak dilakukan pula,” ungkapnya.
Setelah ia dipilih periocde 2021-2024, salah satu program prioritas adalah segera dilakukan peresmian. Sekaligus dapat dijadikan sebagai tempat destinasi wisata rohani oleh siapa saja.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun