Mengasyikan! Perjalanan Menuju Pulau Habe

Laporan Utama834 views

PEKAN lalu,  tepatnya  Sabtu 6 April 2024, rombongan tujuh sepeda motor yang ‘dikomandani’ Hengky Kriwelak, bergerak  melalui jalur darat dari kota. Sebagaimana biasa, sebelum bergerak, dilakukan pemeriksaan  fisik  motor, termasuk pengisian bahan bakar minyak (BBM).

Lalu rombongan menyisir ruas jalan dari kota melewati beberapa kampung seperti Sirapu, Matara, Wendu  hingga penyeberangan Kumbe. Oleh karena telah ‘sehati’ dalam perjalanan, semua kendaraan  dinaikkan sekaligus di atas belang. Penyeberangan memakan waktu sekitar 20 menit hingga Kumbe II.

Sekitar pukul 16.30 WIT, tujuh kendaraan diturunkan dari belang. Lalu rombongan beristirahat sesaat, sambil ‘ngopi bareng.’ Sayangnya, motor matic salah satu rombongan mengalami ‘trouble,’ setelah  knalpot patah.

Motor-motor pasukan Hengky Kirwelak yang tempur dari kota menuju Kali Bian – Surya Papua/Frans Kobun
Motor-motor pasukan Hengky Kirwelak yang tempur dari kota menuju Kali Bian – Surya Papua/Frans Kobun

Sambil ngopi bareng, beberapa rekan seperjalanan, mengutak-atik knalpot dengan membuka beberapa onderdil, sekaligus mengeluarkan klanlpot dimaksud. Jadilah knalpot dibuka. Lalu dilakukan ujicoba star. Ternyata tidak mengalami kendala, sehingga motor matic itu, bisa berbarengan  motor lain melanjutkan perjalanan menuju ke penyeberangan Bian.

Akses jalan menuju ke penyeberangan Bian, boleh dibilang gampang-gampang susah. Betapa tidak, beberapa titik jalan rusak parah, belum lagi lumpur tebal.

“Perjalanan kita ke Bian I, bisa ditempuh satu jam. Itu kalau cepat, tetapi karena kita bergerak dari Kumbe sudah gelap, jadi teman-teman lari pelan-pelan saja untuk menghindari kecelakaan, apalagi beberapa titik ruas jalan rusak,” pesan Hengky Kriwelak yang juga Kepala Bidang Pendidik dan Kependidikan Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke itu.

Tepat pukul  19.30 WIT ( jam stengah delapan malam), rombongan tiba di  penyeberangan Bian, setelah menempuh perjalanan dari Kumbe.

Di penyeberangan Bian, rombongan beristirahat, sambil memesan kopi serta mie untuk ‘mengalas’ perut. Cerita dan gelak tawa pun terjadi diantara rombongan di salah satu kios Daeng di sekitar.

Rombongan saat menaiki spead boat dari Kali Bian malam menuju ke Okaba – Surya Papua/Frans Kobun
Rombongan saat menaiki spead boat dari Kali Bian malam menuju ke Okaba – Surya Papua/Frans Kobun

Setelah melihat perkiraan air, kemungkinan besar rombongan baru akan bergerak dengan menggunakan speedboat menuju ke Okaba Minggu 7 April 2024 pagi.

Ternyata perkiraan meleset. Sekitar pukul  20.30 WIT (stengah sembilan malam), Kepala Sekolah SMPN Okaba,  Paul Sarkol bersama drivernya, tiba dengan speedboat di Bian setelah  perjalanan dari Okaba.

“Bagaimana, apakah malam ini kita jalan pelan-pelan dengan speedboat ke Okaba atau nginap dulu di Bian, nanti besok pagi-pagi baru bergerak,” tanya Paul Sarkol.

Setelah dirembukan, muncul kata sepakat, rombongan bisa langsung bergeser malam itu juga dengan speedboat menuju Okaba, meskipun harus menerobos malam yang gelap gulita di perairan.

Sementara tujuh unit motor yang dibawa, diamankan di sekitar halaman kios salah satu Daeng di Bian.

Meskipun gelombang teduh, namun satu diantara rombongan (tak perlu disebutkan identitasnya), terus bertanya-tanya kapan sampainya di Okaba. Mungkin karena baru pertama kali mengalami dan merasakan perjalanan malam dengan speedboat, sehingga merasakan ketakutan.

Hebatnya seorang driver speedboat  yang bermain gelombang  dan panduan jelas  Paul Sarkol di anjungan, rombongan pun tiba di Okaba dengan selamat malam itu.

Lalu rombongan bergerak menuju ke SMPN Okaba. Disana, Paul Sarkol langsung turun tangan bersama beberapa siswanya, mengatur beberapa kasur di salah satu ruangan laboratorium untuk  tidur sekaligus melepas kepenatan.

Setelah tas dan peralatan yang dibawa rombongan disimpan,  rombongan kembali duduk nongkrong ditemani kopi panas serta kue-kue hingga dini hari. Bahkan, Paul Sarkol membisik beberapa siswanya menyiapkan makanan seadanya, agar bisa dinikmati bersama.

“Minta maaf, hanya nasi dan mie yang bisa kami sajikan, karena kita tiba disini sudah agak larut,” ungkap Sarkol.

Kepsek SMPN Okaba, Paul Sarkol saat membawa rombongan dengan speedboat menuju ke Pulau Habe – Surya Papua/Frans Kobun
Kepsek SMPN Okaba, Paul Sarkol saat membawa rombongan dengan speedboat menuju ke Pulau Habe – Surya Papua/Frans Kobun

Mendengar itu, Florianus Senda menyampaikan banyak terimakasih kepada Paul Sarkol, karena sudah  membantu dengan tulus dan ikhlas. “Mohon maaf Pak Kepsek, kami merepotkan sekali,” kata Flori.

Sekitar pukul 03.00 WIT, baru rombongan meletakan kepala di kasur. Karena paginya, Minggu 7 April 2024, sudah harus bergeser ke Pulau Habe, Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Seperti biasa, setelah menikmati kopi pagi dengan suguhan sagu bakar serta beberapa jenis kue yang disiapkan Kepsek Paul Sarkol bersama siswanya,  rombongan-pun bersiap-siap menuju ke pelabuhan, lalu dengan speedboat ke Pulau Habe.

Oleh karena di Pulau Habe, tak ada penghuni (orang;red) yang tinggal, maka cadangan makanan maupun air disiapkan, termasuk terpal untuk dibuka, sekaligus berteduh semalam.

Perjalanan dari Okaba menuju Pulau Habe, ditempuh dalam durasi kurang lebih 45 menit. Setiba di Pulau Habe sekitar pukul 10.00 WIT, rombongan pun mulai mencari tempat, sekaligus membuka terpal dan membuat pondokan seadanya.

Jadilah sudah. Kayu kering dikumpulkan membuat api sepanjang malam, karena tidak adanya listrik.

Berbagai kesibukan diantara rombongan terjadi. Ada yang duduk sambil ceritera mop hingga mengocok perut, ada juga menghabiskan waktunya dengan mandi,  sekaligus menikmati pasir nan putih serta gulungan gelombang air berwarna kehijauan.

Rombongan Hengky Kriwelak yang menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran di pasir di Pulau Habe – Surya Papua/Frans Kobun
Rombongan Hengky Kriwelak yang menghabiskan waktu dengan tidur-tiduran di pasir di Pulau Habe – Surya Papua/Frans Kobun

Lalu ada juga menaiki beberapa tangga menuju ke Patung Kristus Raja  dan  berdiri dari atas menatap, melihat secara keseluruhan keindahan daerah atau wilayah di sekitarnya.

Pokoknya seru!  Karena  selain rombongan Hengky Kirwelak, sudah ada di Pulau Habem Rombongan Elias Mite, Kepala Badan  Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) yang berjumlah sekitar 8 orang.

Saat menunggu datangnya gelap,  diskusi dan saling berbagi pengalaman hingga canda tawa terjadi di sekitar  Pantai Pulau Habe antara kelompok Elias Mite serta Hengky Kriwelak.

“Wadu, seru dan mengasyikan. Semua kepenatan plong dan berakhir disini setelah melihat indahnya Pantai Pulau Habe dengan Patung Kristus Raja setinggi 29 meter yang berdiri di tengah pulau,” ungkap Mite.

Indahnya Pulau Habe di Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupauen Merauke, Provinsi Papua Selatan - Surya Papua/Frans Kobun
Indahnya Pulau Habe di Kampung Wambi, Distrik Okaba, Kabupauen Merauke, Provinsi Papua Selatan – Surya Papua/Frans Kobun

Setelah beberapa jam duduk  di karang sambil diskusi, gelap-pun datang. “Kami berpisah dan kembali ke tempat masing-masing untuk istirahat sambil menikmati keheningan malam tanpa bunyi kendaraan, handphone dan lain-lain. Hanya mendengar sapuan gelombang air yang mengasyikan.”

“Pop mie, nasi dan kopi menemani makan malam kami. Setelah makan, kami tak langsung mengambil posisi tidur. Tetapi masih terus berceritera hingga dini hari. Oleh karena jarum jam sudah larut, terpal pun dibentangkan di pinggir pantai untuk kami beristirahat.”

Saat mata mulai berat untuk tidur, datang germis hujan. Tidur pun buyar. Terpal kembali dibentangkan di dalam pondokan yang telah disiapkan. Saat mendekat pagi, baru suasana sepi. Hanya terdengar  orang mengorok.

Oleh karena pagi itu,  Senin 8 April 2024, moment kedatangan Bupati Merauke, Romanus Mbaraka bersama Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) untuk peresmian Patung Kristus Raja, hasil karya Romanus Mbaraka, anak Kampung dari Pulau Terapung Kimaam- Jebolan Intitut Teknologi Bandung (ITB), maka semua bangun lebih awal.

Patung Kristus Raja di Pulau Habe, hasil karya tangan Romanus Mbaraka, Bupati Merauke – Surya Papua/Frans Kobun
Patung Kristus Raja di Pulau Habe, hasil karya tangan Romanus Mbaraka, Bupati Merauke – Surya Papua/Frans Kobun

Kopi dan pop mie, masih menemani pagi itu. Diskusi kecil-kecilan dibangun, hingga menunggu kedatangan rombongan yang tiba di Pulau Habe pukul 10.00 WIT.

Perayaan misa diipimpin langsung Uskup Mandagi didampingi dua pastor, dilakukan. Sekaligus pemberkatan Patung Kristus Raja oleh Uksup Mandagi yang diwakilkan kepada Pastor John Kandam, Pr.

Dalam moment pemberkatan Patung Kristus Raja, bertepatan juga dengan hari ulang  tahun (HUT) Bupati Merauke, Romanus Mbaraka ke-55 tahun. Pada moment tersebut, Bupati Mbaraka didampingi isterinya, Imelda Carolina Mbaraka mendapat berkat khusus dari Uskup Mandagi di sekitar patung.

Setelah semua acara selesai, Bupati Mbaraka bersama Uskup Mandagi serta Forkopimda bergerak ke Okaba. Sementara  sejumlah pejabat lain yang datang dengan membawa speedboat, langsung bergerak pulang dati Pulau Habe menuju ke kota.

Foto bersama pasukan Elias Mite dan Pasukan Hengki Kirwelak di sekitar Pantai Pulau Habe, Kampung Wambi – Surya Papua/Frans Kobun
Foto bersama pasukan Elias Mite dan Pasukan Hengki Kirwelak di sekitar Pantai Pulau Habe, Kampung Wambi – Surya Papua/Frans Kobun

Rombongan paling terakhir pulang  dari Pulau Habe adalah rombongan Hengky Kirwelak yang bergerak dengan speedboat pukul 16.00 WIT, tembak langsung  ke Bian.

Sayangnya, ada saja kendala dihadapi dalam perjalanan. Beberapa kali bertemu rep atau air dangkal, sehingga speedboat harus didorong. Akhirnya, speedboat tiba di Bian sudah tengah malam sekitar pukul 23.30 WIT.

Setelah istirahat, perjalanan dengan motor dilanjutkan  kembali. Durasi perjalanan agak lebih lama, karena sudah tengah malam.  Belum lagi jalan rusak parah, sehingga harus ekstra hati-hati.

Setiba kembali di Kumbe, mencari BBM untuk mengisi tujuh motor yang dibawa. Waktu pun tersita disitu. Hingga akhirnya penyeberangan ke sebelah menuju ke kota molor.

Akhirnya rombongan pun baru bisa tiba di kota Selasa 9 April 2024 sekitar pukul 05.00 WIT  ( jam lima pagi).

Meskipun banyak tantangan  selama perjalanan hingga pulang, namun sangat mengasyikan, karena banyak cerita unik didapatkan selama di Pulau Habe satu stengah hari.

Semoga! Ayo kapan kita ulang lagi?  

Penulis : Frans Kobun
Editor   : Frans Kobun

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *