Merauke, Suryapapua.com– Tepat pukul 14.30 WIT, RD Fransiskus Xaverius Tola Bolilera bersama tiga imam baru lain, RD Yeremias Banusu, RD Herlan P Ulukyanan serta RD Avelinus Moat Simon yang baru ditahbiskan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC beberapa hari lalu, tiba di SP-7, Kampung Hidup Baru, Distrik Tanah Miring.
Dari pantauan Surya Papua Selasa (8/3), kehadiran empat imam baru itu,didampingi Vikjen Keuskupan Agung Merauke, Hendrikus Kariwob, MSC serta Pastor Donatus Wea, Pr.
Di jalur jalan masuk menuju ke kediaman Pastor Fransiskus Bolilera, telah menunggu Ketua Kerukunan Lamaholot, Paulus Peka Hayon serta sejumlah sesepuh dan keluarga dekat. Prosesi penerimaan mulai berlangsung dari situ.
Secara silih berganti, keempat imam baru didampingi dua imam senior itu, dikenakan mahkota dari daun lontar di kepala masing-masing oleh Ketua Lamaholot Kabupaten Merauke.
Usai mengenakan mahkota, para imam diselendangkan dengan tenunan khas Lamaholot oleh kakak dan adik Pastor Fransiskus Bolilera. Kurang lebih stengah jam, tarian hedung Pemuda Lamaholot yang dikoordinir Aras Kleden langsung menyambut, sekaligus mengiringi para imam berjalan secara bersamaan.
Bunyi gong dan gendang disertai suara menggelegar ke angkasa. Prosesi pun berjalan lancar yang dipandu Nasly Koten. Lalu di depan salah satu rumah warga, para imam disambut tarian Lamaholot oleh beberapa putra-putri terbaik dari SP-3 Tanah Miring, binaan Benediktus Kopong disertai lagu.
Setiba di depan rumah Pastor Fransiskus Bolilera, telah menunggu sesepuh Lamaholot SP-7, Hendrikus Wato bersama kedua orangtua imam serta puluhan orang. Ritual adat-pun berlangsung. Penyambutan didahului sapaan dalam bahasa adat oleh orangtua Hendrikus Wato kepada keempat imam.
Dari situ, secara bergantian para imam disuguhi tuak (sebutan Lamaholot) atau sagero. Lalu dilanjutkan pemberian lintingan rokok dari bahan daun lontar serta sirih pinang. Selanjutnya keempat imam diperciki air kelapa.
Setelah beberapa mata acara ritual adat dilakukan, Pastor Fransiskus Bolilera diserahi sebilah parang panjang oleh seorang perwakilan. Parang tersebut, digunakan memotong tali pembatas yang diikat di pintu masuk. Sekaligus sebagai simbol bahwa pastor asal Kedang, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, diterima masuk kembali ke rumahnya.
Usai tali ditebas dengan parang, merekapun (imam;red) diperkenankan masuk, sekaligus mempersiapkan diri untuk misa syukuran perdana Pastor Fransiskus Bolilera bersama keluarga Lamaholot.
Kurang lebih 1.000 umat menghadiri misa perdana tersebut, selain 20-an pastor maupun para suster serta bruder. Perayaan misa perdana dipimpin langsung Pastor Fransiskus Bolilera didampingi tiga imam baru lain.
Meskipun tak menghadiri misa perdana, namun menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat di SP-7 yang umumnya adalah warga Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungkapkan rasa kebahagiaan. Karena datang atau hadir juga Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC sekaligus memberikan sambutan serta mengikuti rama tamah bersama.
Pelaksanaan misa syukur berlangsung kurang lebih satu stengah jam dan berjalan dengan lancar.
Sementara Pastor Donatus Wea, Pr dalam khotbahnya mengatakan, motto tahbisan Pastor Fransiskus Bolilera yakni Apa yang tak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Tuhan. Selain susah-susah gampang motto dimaksud, juga penuh teologis dan misteri.
“Semoga tak menjadi gambaran bahwa Pastor Fransiskus Bolilera adalah pribadi yang penuh misteri. Tetapi dia imam yang baik. Senyumannya adalah misteri dan juga kemarahannya adalah misteri,” katanya.
Pastor Wea mengakui rumusan motor imam baru Fransiskus Bolilera boleh teologis, namun perlu diingat bahwa motto yang dipilihnya adalah realita hidup manusia saat ini -disini, terutama realitas kehidupanmu.
“Apakah Pastor Fransiskus pernah diterpa keraguan? Tentu dan pasti banyak kali. Lalu apakah pernah dilanda kekecewaan bahkan nyaris membuatnya putus asa? Tentu dan pasti banyak kali. Juga apakah pernah merasionalisasi tentang kehendak Allah atas panggilan hidupnya? Saya yakin pernah,” katanya.
“Pegalaman pahit ini adalah pengalaman kita, saya dan anda sekali. Menariknya di semua penghujung semua pengalaman penuh pergumulan itu, terungkap pernyataan Pastor Fransiskus Bolilera yang luar biasa dan tanpa syarat. Dimana tak mugkin bagi manusia, mungkin bagi Allah,” ujarnya.
Pastor Wea meyakini, pernyatana motto ini diwariskan kedua orangtua terkasih melalui edukasi dan proses dalam keluarga, lalu dilanjutkan dalam formasi pendidikan selanjutnya.
“Pernyataan iman imam baru sangat luar biasa dan menjadi contoh bagi kita semua. Hal itu mengingatkan umat pada pengalaman serta pengakuan iman Petrus ketika dipanggil Yesus ditepian danau di Nasaret, “Tuhan Pergilah dari Padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Dan juga pengalaman serta ungkapan iman Thomas saat jumpa Yesus yang bangkit, “Ya Tuhan-ku dan Allahku.”
Ditambahkan, banyak hal dalam hidup membuat orang bingung, cemas dan putus asa. Juga peristiwa dan kenyataan yang mengingatkan iman umat kendor. Selain itu, banyak membuat umat mempertanyakan kehadiran dan kuasa Tuhan. Karena persoalan yang sulit dipecahkan, juga banyak pengalaman terpuruk ditinggalkan.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun