Merauke, Suryapapua.com– Deretan kursi di halaman rumah almarhum Hendrikus Hengky Ndiken, tak mencukupi, karena telah ditempati. Ratusan masyarakat selain memadati tenda, juga rela berdiri dipinggir kiri dan kanan jalan.
Itulah suasana yang terlihat Sabtu (23/7) sore, saat Bupati Merauke, Romanus Mbaraka berdialog secara langsung dengan warga setempat di belakang rumah sakit (belrusak) Kelurahan Karang Indah.
Saat dialog, Bupati Merauke didampingi Lurah Karang Indah, Pelaksana Tugas Kepala Distrik Merauke dan juga Intelektual Marind yang juga Dosen Universitas Negeri Musamus (Unmus), Burhanuddin Zein.
Terlihat beda, ketika Bupati Merauke sudah menempati kursi yang disediakan. Masyarakat begitu antusias menyambutnya. Karena setelah dilantik bersama wakilnya, H. Riduwan, baru pertama kali datang di tempat tersebut.
“Terimakasih banyak Bapak Rom. Sudah datang lihat kami semua disini. Itu harapan dan penantian masyarakat di belakang rumah sakit,” demikian suara dari beberapa ibu di sekitar.
Dalam dialog yang berlangsung kurang lebih dua jam, berbagai persoalan diutarakan dan atau disampaikan mulai dari biaya pendidikan anak, modal usaha dan lain-lain.
“Memang saya baru datang sekarang. Karena tahun kemarin, masih dalam suasan pandemic covid-19. Lalu terdapat sejumlah agenda besar ditangani, termasuk PON XX Papua,” ungkap Bupati Merauke, Romanus Mbaraka.
Oleh karena sudah agak longgar waktu, maka hari ini ia datang sekaligus duduk dan berdiskusi bersama. “Silahkan menyampaikan apa saja, akan saya dengar dan tindaklanjuti,” ujarnya.
Lebih lanjut Bupati Mbaraka mengatakan, sekarang ini Provinsi Papua Selatan sudah datang dan ibukotanya adalah Merauke. “Saya ingatkan kamu semua, tanah di dalam kota tak akan bertambah lagi,” katanya.
Sejumlah titik yang didatangi, termasuk masyarakat di belakang rumah sakit, besok akan berubah. “Hari ini kamu semua tak rasa. Tetapi akan berubah antara dua sampai tiga tahun kedepan setelah roda pemerintahan Provinsi Papua Selatan berjalan,” ujarnya.
Orang dari luar, jelas Bupati Mbaraka, terus berdatangan. Lalu mereka pasti butuh tanah, sementara tanah tak bertambah. Kecuali orang yang punya uang banyak, akan beli tanah meskipun sudah ditempati orang disitu.
“Kalau tidak ada celah mendapatkan tanah, orang berduit bisa beli laut sekaligus melakukan penimbunan seperti di Jakarta,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Mbaraka meminta kepada warga setempat yang belum memiliki sertifikat tanah maupun surat pelepasan secara adat dari LMA, segera mengurus dari sekarang.
Apabila ada kesulitan dalam proses pengurusan, lanjutnya, segera disampaikan. Sehingga pemerintah membantu, agar status kepemilikan tanah dimaksud jelas.
Hal atau point lain disampaikan Bupati Mbaraka adalah mengajak masyarakat setempat mengurus identitas diri berupa e-KTP, kartu keluarga dan lain-lain.
“Kalau butuh pelayanan, segera sampaikan. Sehingga saya instruksikan kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil datang kesini melakukan pendataan sekaligus perekaman,” pintanya.
Ditambahkan, identitas diri dimaksud sangat penting untuk dimiliki. Karena manfaatnya sangat besar.
“Ketika bapak-ibu tak memiliki, lalu menghendaki agar mendapatkan bantuan pemerintah, tak mungkin dilayani. Karena paling utama diminta petugas adalah copy-an identitas diri tersebut,” tegasnya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun