Merauke, Suryapapua.com– “Dari tahun ke tahun masyarakat sangat menderita akibat aroma menyengat dari kandang ayam milik PT Harvest Pulus Papua. Tak ada langkah cepat diambil Pemerintah Kabupaten Merauke melakukan penutupan.”
Hal itu diungkapkan Kepala Kampung Marga Mulya, Distrik Semangga, Zubaidah Alfakir saat bersama belasan masyarakat melakukan audiens bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Harmini serta sejumlah pejabat lain dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di kantor bupati Senin (14/2).
Menurutnya, dari tahun ke tahun, masyarakat menjerit dan menangis akibat aroma kotoran ayam yang sangat menyengat setiap hari, entah pagi siang maupun malam.
“Kami sudah bersuara terus, hanya saja belum ada eksekusi instansi terkait. Ini ungkapan masyarakat yang harus saya sampaikan dalam forum resmi seperti begini,” katanya.
Sesungguhnya, jelas dia, semua orang tahu akan persoalan kandang ayam milik PT Harves Pulus Papua yang sangat memberikan ketidaknyamanan kepada masyarakat setempat, akibat aroma kotorannya.
“Bagi kami, perusahan tersebut gagal dalam melakukan pengolahan limbah dari kotoran ayam, meskipun telah menabur dolomit dan lain-lain,” ungkapnya.
Akibat muncul aroma tak sedap, masyarakat yang berjumlah 900 kepala keluarga atau sekitar 4.000-an jiwa, sedianya sudah melakukan aksi demonstrasi, hanya saja masih ditahan.
“Saya berusaha menahan mereka tak turun jalan. Namun kali ini tak ada tawar menawar lagi. Jika sampai belum ada solusi, maka jalan terakhirnya adalah demonstrasi akan dilakukan,” katanya.
Tokoh masyarakat Kampung Marga Mulya, Karto meminta adanya penegasan dari pemerintah. Karena selama ini tidak ada langkah cepat diambil apakah perusahan yang bergerak untuk memproduksi ayam petelur itu ditutup atau tidak.
“Jujur saja, kami sudah menderita sekali. Jadi hari ini harus ada jawaban didapatkan. Dimana peternakan ayam dipindahkan ke tempat lain,” pintanya.
“Kesampingkan dulu produksi ayam. Ingat akan suara dan jeritan yang disampaikan masyarakat. Karena dari tahun ke tahun, tak ada eksekusi akhir diambil,” katanya.
Penulis : Frans Kobun
Editor : Frans Kobun